GEOGRAFI TANAH
1. Sebutkan dan jelaskan faktor pembentuk tanah!
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh berkembangnya perakaran penopang tgak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi, dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman.
Dalam perkembangannya, tanah dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu:
a. Bahan induk tanah
Tanah terbentuk dari pecahan-pecahan batuan induk yang ber-langsung terus menerus akibat faktor-faktor lingkungan. Pecahan bahan induk tersebut berlangsung akibat pelapukan dan penghancuran melalui proses fisika, kimia, dan biologi. Pelapukan kimia meliputi perubahan kimia dari bahan induk melalui berbagai proses oksidasi, hidrolisa, karbonisasi dan sebagainya. Kandungan hara yang dikandung tanah tergantung dari bahan induk tanahnya.
b. Iklim
Temperatur dan kelembaban tanah adalah dua faktor utama dalam proses pembentukan tanah. Kinetika reaksi kimia tanah dipengaruhi oleh temperatur. Perubahan temperatur akan berpengaruh terhadap kandungan kelembaban tanah. Hubungan suhu dengan kelembaban tanah ini berbanding terbalik, yang artinya semakin tinggi suhu maka kelembaban tanah semakin rendah.
c. Makhluk hidup
Aktivitas mikro/makro flora dan fauna tanah mempengaruhi proses pembentukan tanah. Organisme makro flora dan fauna lebih mempengaruhi proses pembentukan tanah melalui rekasi mekanis, sedang organisme mikro lebih berperan pada peristiwa kimia dan biologi. Mikro flora dan fauna tanah terjalin menjadi satu sehingga sukar dibedakan penguraian yang dilakukan oleh fauna maupun flora tanah.
d. Topografi
Faktor topografi atau relief yang mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah:
1) kecuraman lereng, dan
2) bentuk lereng.
Tanah yang berada pada lahan berlereng curam lebih peka terhadap terjadinya erosi, karena infiltrasi yang terjadi lebih rendah dan aliran permukaan (run off) lebih besar, sehingga daya rusak air hujan dan aliran permukaan lebih tinggi. Tanah yang terbentuk pada lereng yang lebih curam akan lebih dangkal, karena terkikis secara terus menerus saat terjadi hujan. Sedangkan tanah yang berada pada lahan yang berlereng landai sampai datar terbentuk lebih dalam, karena memiliki laju infiltrasi dan laju perkolasi yang lebih besar serta proses pembentukan horison berkembang lebih lanjut, sehingga membentuk profil tanah yang lebih dalam.
Faktor kecuraman lereng ini mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan 4 cara, yaitu:
1) jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan massa tanah,
2) kedalaman air tanah,
3) besarnya erosi yang dapat terjadi, dan
4) arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Interaksi keempat mekanisme ini mempengaruhi proses pembentukan tanah antara lain:
1) ketebalan solum tanah,
2) ketebalan dan kandungan bahan organik horison A,
3) kandungan air tanah,
4) warna tanah,
5) tingkat perkembangan horison (pada tanah tergenang dan tanah berlereng terjal membentuk solum dangkal, sedangkan pada tanah cekungan dan datar membentuk solum dalam) ,
6) reaksi tanah atau pH (pada tanah dengan air tanah dangkal mengalami salinisasi sehingga pH tanah netral sampai basa, sedangkan pada tanah dengan air tanah dalam mengalami proses pencucian intensif sehingga pH tanah rendah atau bereaksi asam),
7) kejenuhan basa tanah, dan (8) kandungan garam mudah larut.
Relief atau bentuk permukaan tanah dapat dikelompokkan menjadi:
1) berbentuk cembung yang terdapat pada puncak bukit atau gunung,
2) berbentuk lereng yang curam yang terdapat pada punggung bukit dan gunung,
3) berbentuk cekungan dan datar pada kaki dan dasar bukit.
e. Waktu
Faktor waktu juga mempengaruhi tingkat perkembangan tanah dan umur tanah. Berdasarkan lamanya waktu dalam proses pembentukan tanah, maka tanah dikelom-pokkan menjadi:
1) tanah muda dengan lamanya waktu pembentukan berkisar 100 tahun,
2) tanah dewasa dengan lamanya waktu pembentukan berkisar antara 1.000 tahun sampai dengan 10.000 tahun, dan
3) tanah tua dengan lamanya waktu pembentukan lebih dari jutaan tahun.
Waktu juga mempengaruhi tingkat perkembangan tanah, yaitu mulai dari fase:
1) awal,
2) juvenil,
3) viril,
4) senil, dan
5) fase akhir.
Fase awal ditandai baru terbentuk horison C. Fase juvenil ditandai dengan sudah terbentuk horison A diatas horison C, pada fase ini sering disebut tanah muda. Fase viril atau disebut tanah dewasa, dicirikan dengan sudah terbentuknya horison A, horison B, dan horison C. Fase senil atau disebut tanah tua, dicirikan proses pembentukan horison yang lengkap, meliputi: horison A1, horison A2, horison B1, horison B2, dan horison C. Fase akhir atau disebut tanah sangat tua dicirikan dengan mulai berkurangnya proses pelapukan dari system tanah tersebut. Contoh tanah muda adalah Entisol atau Aluvial atau Regosol. Contoh dari tanah dewasa adalah Inceptisol, Vertisol, dan Mollisol. Contoh dari tanah tua adalah Ultisol atau Podsolik Merah Kuning, dan Oxisol atau Laterit..
2. Apakah yang dimaksud dengan:
a. Tekstur tanah
Tekstur Tanah menunjukkan kasar halusnya tanah yang didasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat di dalam tanah. Untuk menentukan tekstur tanah terdapat 12 kelas dalam segi tiga tekstur tanah. Tekstur Tanah merujuk kepada komposisi pasir, lanau dan lempung. Kandungan atau susunan tanah akan mencerminkan karakter atau tingkahlaku tanah, termasuk dalam hal kapasitas menyimpan makanan dan air. Pasir dan lanau merupakan hasil pelapukan fisikal, sedangkan lempung hasil pelapukan kimiawi. Lempung mempunyai kemampuan untuk menyimpan makanan dan air. Tanah lempung lebih tahan terhadap erosi angin dan air dibandingkan dengan tanah yang pasiran dan tanah lanauan, hal ini dikarenakan partikel-partikelnya yang lebih saling mengikat satu dengan lainnya. Pada tanah yang bertekstur menengah, lempung seringkali terendapkan dibagian bawah dari profil tanah dan berakumulasi pada bagian subsoil.
b. Struktur tanah
Struktur tanah adalahsusunan dari partikel-partikel tanah kedalam agregat-agregat. Susunan dari partikel-partikel tanah kemungkinan mempunyai bentuk yang bervariasi, ukuran dan tingkat perkembangan atau ekspresi tanah. Struktur tanah berdampak pada penguapan, perpindahan air, resistensi terhadap erosi dan tempat akar tanaman tumbuh dan berkembang. Pada dasarnya struktur tanah memberi penjelasan tentang tekstur, kandungan bahan organik, aktivitas organik, evolusi tanah masa lalu, serta komposisi kimia dan mineralalogi dimana tanah terbentuk. Struktur Tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya butir-butir tanah satu sama lain.
c. Warna tanah
Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya terjadi karena perbedaan kandungan bahan organik. Semakin tinggi kandungan bahan organik berarti semakin gelap warna tanah. Warna tanah disusun oleh tiga jenis variabel, yaitu sebagai berikut,
1) Hue : warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya.
2) Value menunjukkan kecermelangan cahaya.
3) Chroma menunjukkan kemurnian relatif panjang gelombang cahaya dominan.
Warna tanah dapat ditentukan dengan membandingkan warna baku pada buku Munsell Soil Colur Chart dengan warna tanah.
Warna tanah akan berbeda bila tanah dalam keadaan basah, lembab, atau kering. terutama ditentukan oleh kandungan mineralogi tanah. Kebanyakan dari warna tanah disebabkan oleh dari kehadiran berbagai jenis mineral yang mengandung unsur besi (Fe). Perkembangan dan penyebaran warna dalam profil tanah ditentukan oleh hasil pelapukan kimiawi dan organis, terutama reaksi reduksi-oksidasi. Sebagai mineral mineral utama yang berasal dari batuan induk tanah, kombinasi unsur-unsur kedalam komponen yang baru. Mineral sekunder yang berasal dari unsur besi yang berwarna kuning atau merah, bahan organik yang berasal dari hasil dekomposisi akan memberi warna coklat dan hitam, sedangkan unsur-unsur Mangan (Mn), Sulfur (S), dan nitrogen (N) dapat membentuk endapan mineral berwarna hitam. Unsur-unsur tersebut dikenal sebagai penyumbang berbagai pola warna pada tanah selama proses pembentukan tanah. Kondisi lingkungan yang bersifat Aerobik akan menghasilkan perubahan warna yang seragam atau secara berangsur (gradual), sedangkan lingkungan reduksi akan menghasilkan warna yang bersifat beragam, seperti pola warna yang komplek, dan warna tanah yang berpola bercak bercak yang disebabkan oleh konsentrasi warna.
d. Konsistensi tanah
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan tersebut ditunjukkan dari daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan. Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara.
Pada kondisi basah, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat plastisitas dan tingkat kelekatan. Tingkatan plastisitas ditetapkan dari tingkatan sangat plastis, plastis, agak plastis, dan tidak plastis (kaku). Tingkatan kelekatan ditetapkan dari tidak lekat, agak lekat, lekat, dan sangat lekat.
Pada kondisi lembab, konsistensi tanah dibedakan ke dalam tingkat kegemburan sampai dengan tingkat keteguhannya. Konsistensi lembab dinilai mulai dari: lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, dan ekstrim teguh. Konsistensi tanah gembur berarti tanah tersebut mudah diolah, sedangkan konsistensi tanah teguh berarti tanah tersebut agak sulit dicangkul.
Pada kondisi kering, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat kekerasan tanah. Konsistensi kering dinilai dalam rentang lunak sampai keras, yaitu meliputi: lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras, dan ekstrim keras.
Cara penetapan konsistensi untuk kondisi lembab dan kering ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Apabila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dinyatakan berkonsistensi gembur untuk kondisi lembab atau lunak untuk kondisi kering. Apabila gumpalan tanah sukar hancur dengan cara remasan tersebut maka tanah dinyatakan berkonsistensi teguh untuk kondisi lembab atau keras untuk kondisi kering.
Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari, yaitu kategori: melekat atau tidak melakat. Selain itu, dapat pula berdasarkan mudah tidaknya membentuk bulatan, yaitu: mudah membentuk bulatan atau sukar membentuk bulatan; dan kemampuannya mempertahankan bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis). Secara lebih terinci cara penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Konsistensi Basah
a) Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
Ø Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.
Ø Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.
Ø Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.
Ø Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.
b) Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi 4 kategori berikut:
Ø Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah.
Ø Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1 cm.
Ø Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
Ø Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.
2) Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori sebagai berikut:
a) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
b) Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas.
c) Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.
d) Teguh atau Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.
e) Sangat Teguh atau Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
f) Sangat Teguh Sekali atau Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
3) Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6 kategori sebagai berikut:
a) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur pasir).
b) Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah hancur.
c) Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.
d) Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah.
e) Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan dan sangat sulit untuk hancur.
f) Sangat Keras Sekali atau Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul).
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah:
a) tekstur tanah,
b) sifat dan jumlah koloid organik dan anorganik tanah,
c) sruktur tanah, dan
d) kadar air tanah.
e. Porositas tanah
Porositas tanah adalah jumlah ruang pori total yang ada dalam suatu massa tanah yang dinyatakan dengan persen (%) atau rongga antar tanah yang biasanya diisi air atau udara. Pori sangat menentukan sekali dalam permeabilitas tanah, semakin besar pori dalam tanah tersebut, maka semakin cepat pula permeabilitas tanah tersebut. Persen pori 50% merupakan kondisi ideal tanah dimana setengahnya makro pori untuk meneruskan air karena adanya gravitasi dan setengahnya mikropori untuk menahan air dari tarikan gravitasi. Jumlah pori ditentukan oleh tekstur dan tipe lempungnya.
f. Permeabilitas tanah
Permeabilitas adalah suatu kesatuan yang melipui infiltrasi tanah dan bermanfaat sebagai permudahan dalam pengolahan tanah atau kecepatan meresapnya air ke dalam tanah melalui pori tanah yang dinyatakan dalam satuan cm/jam, mulai dari yang sangat lambat yaitu <0,125 cm/jam sampai yang paling cepat yaitu >25 cm/jam.
g. Horizon tanah
Horizon tanah adalah lapisan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi dan mempunyai ciri-ciri tertentu (khas). Profil dari tanah yang berkembang lanjut biasanya memiliki horison-horison tanah. Pembentukan lapisan atau perkembangan horizon dapat membangun tubuh alam yang disebut tanah. Horizon tanah dapat dibedakan secara visual dan batas perubahan dari horizon yang satu ke yang lain, terutama tanah-tanah di wilayah tropika basah cenderung kabur atau tidak jelas. Profil dari tanah mineral yang telah berkembang lanjut biasanya memiliki horizon-horizon sebagai berikut ; O-A-E-B-C-R.
1) Horizon O ditandai dengan:
a) terletak di bagian atas
b) memiliki lapisan tanah organik yang terdiri dari humus daun
c) berwarna hitam.
2) Horizon A ditandai dengan:
a) horizon yang tersusun dari campuran bahan organik dan bahan mineral
b) bahan mineralnya campur dengan humus
c) berwarna gelap.
3) Horizon E ditandai dengan:
a) berwarna terang
b) terdiri dari pasir dan lumpur
c) kadar bahan organik tanah, liat silikat, Fe dan Al rendah
d) kadar pasir dan debu kuarsa serta mineral resisten lainnya tinggi.
4) Horizon B ditandai dengan:
a) adanya akumulasi dari bahan-bahan yang tercuci dari horizon diatasnya
b) adanya penimbunan maksimum liat, Fe dan Al oksida dan kadang-kadang bahan organik.
5) Horizon C ditandai dengan:
a) serupa dengan batuan induk (R) atau belum terjadi perubahan
b) terdiri dari sedikit rusak bedrock-up
c) tanaman akar tidak menembus ke dalam lapisan ini
d) sangat sedikit bahan organiknya.
6) Horizon R ditandai dengan:
a) terletak di bagian paling dalam dari tanah
b) belum mengalami perubahan sama sekali
c) masih berupa batuan.
h. pH tanah
pH tanah adalah derajat keasaman tanah. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Semakin tinggi kadar ion (H+) di dalam tanah maka semakin masam tanah tersebut. Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Tanah yang baik untuk bercocok tanam pada umumnya memiliki kadar pH antara 3-9. Kadar keasamam tanah perlu diperhatikan supaya pemanfaatan mineral dan unsure hara dalam tanah dapat dimaksimalkan. Di antara unsur hara yang terkandung dalam tanah yaitu fosfor, nitrogen, dan kalium. Tanah yang terlalu masam tidak dapat mengoptimalkan fungsi dari unsur-unsur tanah dengan baik. Begitu pula dengan tanah yang terlalu basa, akan membuat tanah menjadi kering bahkan bisa kehilangan unsur haranya.
3. Sebutkan dan jelaskan macam bentuk struktur tanah!
Struktur tanah bisa dikelompokkan dalam enam bentuk, yaitu:
a. Lempeng (platy), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih kecil daripada sumbu horizontal, struktur ini ditemukan di horison A2 atau pada lapisan padas liat.
b. Prisma (prismatic), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya rata, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
c. Tiang (columnar), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya membuloat, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
d. Gumpal (blocky), yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal membuat dan gumpal bersudut, bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat untuk gumpal membulat dan bersudut tajam untuk gumpal bersudut, dengan sumbu horisontal setara dengan sumbu vertikal, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim basah.
e. Granular yaitu struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan porous, struktur ini terdapat pada horison A.
f. Remah (single grain), yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dan sangat porous, struktur ini terdapat pada horizon A.
4. Jelaskan cara menentukan horizon di lapang!
a. Alat dan bahan:
1) Peta lokasi tanah
2) Cangkul
3) Sekop
4) Meteran
5) Pisau belati
6) Paku atau kayu
7) Buku Munsell Soil Color Chart
8) Handboard atau meja dada
9) Buku
10) Pensil atau bolpoin
b. Cara Kerja
1) Gunakan peta lokasi tanah untuk mencari tanah yang cocok untuk penelitian.
2) Gunakan cangkul dan sekop untuk membuat lubang di tanah.
3) Ukur tempat tanah yang dijadikan tempat penelitian menggunakan meteran dengan ukuran panjang x lebar x tinggi (1m x 1m x 2m).
4) Gunakan pisau belati untuk menandai batas lapisan tanah dan untuk memotong akar apabila terdapat akar tanaman.
5) Gunakan paku atau kayu untuk menahan meteran.
6) Amati horizon-horizon tanah dengan membedakan warna, tekstur, struktur tanah dan bahan penyusunnya.
7) Untuk membedakan warna gunakan pedoman dari buku Munsell Soil Color Chart.
8) Taruh buku di atas meja dada dan tulis hasil pengamatan di buku menggunakan bolpoin atau pensil.
5. Sebutkan dan jelaskan 3 jenis tanah yang anda ketahui!
a. Tanah Organosol
Tanah organosol disebut juga dengan tanah gambut yang terbentuk karena adanya proses pembusukan dari sisa-sisa tumbuhan rawa. Bahan organik pada tanah ini terdiri dari akumulasi sisa-sisa vegetasi yang telah mengalami humufikasi, tetapi belum mengalami mineralisasi. Tanah ini kurang subur tetapi masih bisa dimanfaatkan untuk persawahan.
Karakteristik tanah organosol adalah sebagai berikut :
1) Struktur : tidak berstruktur
2) Tekstur : debu lempung
3) Persebaran : di rawa Sumatra, Kalimantan dan Papua
4) Gambar :
5) Horizon : mempunyai horizon H setebal 50 cm atau lebih (dapat 60 cm atau lebih bila terdiri dari bahan sphagnum atau lumut, atau jika bobot isinya < 0.1) dari permukaan tanah atau kumulatif 50 cm di dalam lapisan sampai 80 cm dari permukaan tanah. tidak terjadi deferensiasi horizon secara jelas.
6) Warna : cokelat hingga kehitaman
7) pH : 3 – 3.5
8) Konsistensi : tidak lekat sampai dengan agak lekat
9) Lapisan solum : ketebalan > 0,5 m
10) Jumlah persebaran di Indonesia : 10%
11) Sifat kimia tanah : bahan organik mentah sangat tinggi, asam humik dan fulfik tinggi, pH 3 – 3.5, kandungan N tinggi dan tersedia, C/N tinggi, KPK tinggi, status hara rendah kecuali N dan tidak seimbang, P, K, Mg, Cu, Zn, B dalam kondisi defisien.
12) Sifat fisika tanah : selalu tergenang air, dekomposisi bahan organik lambat, konsistensi lepas, kepadatan masa rendah, bersifat seperti spon (menyerap dan manahan air dalam jumlah besar), drainase pada gambut akan diikuti oleh penyusutan masa, terjadi penurunan muka tanah, tanaman tumbuh miring dan tumbang, mudah terbakar.
13) Topografi tanah : dataran rendah sampai pegunungan
14) Curah hujan : 4000-5000 mm/tahun
15) Jumlah bahan organik : > 20%.
16) Kandungan unsur hara : rendah
17) Permeabilitas : sangat terhambat
b. Tanah Andosol
Nama andosol berasal dari kata “Ando” yang memiliki makna “hitam” dan “Sol” yang artinya “tanah”. Tanah andosol disebut juga dengan tanah vulkanis. Tanah ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Umumnya dijumpai di daerah lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800 meter dpl.
Karakteristik tanah andosol adalah sebagai berikut :
1) Struktur : remah
2) Tekstur : gembur hingga seperti lempung dan debu.
3) Persebaran : di daerah sekitar lereng gunung berapi.
4) Gambar :
5) Horizon : memiliki horizon-A yang tebal
6) Warna : cokelat, abu-abu hingga hitam.
7) pH : 4,5-6,0
8) Konsistensi : gembur dan bersifat licin berminyak (smeary).
9) Lapisan solum : agak tebal
10) Jumlah persebaran di Indonesia : 3,40 %
11) Sifat kimia tanah : sedang, peka terhadap erosi. Tanah ini kaya akan bahan organik, N dan K, tetapi miskin akan fosfor.
12) Sifat fisika tanah : baik, dengan kelulusan sedang. Memiliki penampang yang berkembang, dengan horizon-A yang tebal dan gembur.
13) Topografi tanah : bergunung
14) Curah hujan : di atas 2.500 mm/ tahun tanpa bulan kering.
15) Jumlah bahan organik : 8-14%
16) Kandungan unsur hara : sedang hingga rendah (N,P dan K).
17) Permeabilitas : sedang sampai tinggi dan peka terhadap erosi.
c. Tanah Vertisol
Tanah vertisol memiliki kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horizon, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dank eras. Kalau basah mengembang dan lengket. Tanah ini berasal dari bahan induk basaltic atau berkapur dan batuan lempung.
Karakteristik tanah vertisol adalah sebagai berikut :
1) Struktur : atas granular, struktur bawah gumpal atau pejal.
2) Tekstur : lempung
3) Persebaran: di Madura, Gunung Kidul, Jawa Timur dan Nusa Tenggara.
4) Gambar :
5) Horizon : Tanpa horizon eluviasi dan iluviasi.
6) Warna : tua atau kelam yang dipengaruhi oleh jumlah humus dan kadar kapur
7) Ph : antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0).
8) Konsistensi : tinggi atau sangat lekat dan plastis
9) Lapisan solum : + 75 cm
10) Jumlah persebaran di Indonesia : 9,99%
11) Sifat kimia tanah : Keberadaan mineral montmorilonit menyebabkan tanah ini mampu mengembang dan mengkerut. selain miskin P, karena terikat mineral liat dan kandungan Ca yang tinggi.
12) Sifat fisika tanah : tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket.
13) Topografi tanah : agak bergelombang hingga berbukit.
14) Curah hujan : < 2.500 mm/th.
15) Jumlah bahan organik : 1,5 – 4 %
16) Kandungan unsur hara : rendah
17) Permeabilitas : lambat, peka terhadap erosi dan bahaya longsor.
6. Cari jurnal tentang tanah!
Daftar Pustaka
Ali Hanafiah, Kemas. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
http://abdulshabir.blogspot.com/2010/10/definisi-dan-jenis-tanah-di-indonesia. html
http://feiraz.wordpress.com/2008/11/08/geografi-tanah-indonesia/
http://gurumuda.com/bse/tanah-sebagai-penyedia-hara Akses 29 Maret 2011
http://www.anneahira.com/tanah-andosol.html
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar